Jumat, 26 Oktober 2012

Festival Monolog Ruang Publik 2012



Federasi Teater Indonesia (FTI) untuk kelima kalinya menyelenggarakan Festival Monolog (Fesmon FTI) yang diadakan pada 21-25 Oktober 2012 di ruang-ruang publik yang telah dipilih oleh peserta festival.  Tercatat 25 peserta dari berbagai daerah ikut berpartisipasi dalam festival ini.

Tidak ada penentuan tema dalam ajang ini, penilaian akan dilihat dari kepiawaian mereka membawakan monolog di depan publik tanpa membawa naskah. Kompetisi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas para aktor dan aktris muda melalui ajang kompetisi yang sehat. Fesmon FTI dapat menjadi ruang yang lebih luas dalam menikmati teater dan menciptakan jaringan antara aktor teater. Target utama ajang ini adalah untuk menemukan bakat-bakat para aktor Indonesia dan menjaga eksistensi para aktor dalam peta kebudayaan dunia.

Saya berkesempatan mengikuti rangkaian Fesmon 5 sampai dengan hari terakhir evaluasi peserta. Dewan juri yang dipilih kali ini adalah Rita  Matu (Teater Koma), Afrisal Malna dan Zainal Abidin. Penentuan pemenang dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2012 melalui surat yang akan ditujukan langsung ke alamat para peserta. Yang keluar sebagai pemenang Festival Monolog Ruang Publik ke-5 ini adalah Aldy Fortuner.

Dalam evaluasinya, para juri menjelaskan  unsur-unsur seni pertunjukan. Rita Matu menekankan pada passion dan to be. Seorang aktor harus melakukan riset dan observasi panggung agar lakon yang dibawakan mampu harmonis serta menyatu dengan ruang publik tersebut.
Sedang Afrisal Malna menuntut para pemain mampu memanfaatkan semua ornamen  yang tersedia dalam ruang publik menjadi panggungnya. Dengan begitu, seni pertunjukan monolog ruang publik akan menjadi hidup.

 Zainal Abidin sendiri melengkapi evaluasi dengan penjelasan bagaimana seorang actor dan naskahnya harus hidup  di ruang publik. “Ruang publik itu jujur, beda dengan panggung. Seorang pemain  berkewajiban menghidupi peran itu sebagai manusia, karena cerita itu fiktif,” tegas Zainal.










Minggu, 21 Oktober 2012

Poster Kegelisahan Hari Ini

Saya gelisah di hari ini
Di tengah euforia keramaian Festival Ulang Tahun Dewa "Fat Cu Kung" Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat
Di tengah sorak sorai warga keturunan Tionghoa dan pribumi asli,
saya masih tetap gelisah

Jakarta oh Jakarta....
Sambil tersenyum, sambil gelisah
Tinggalkan sesuatu buat anak cucu kita nanti 
Jika tidak bisa sepetak
Jangan rusak lagi tiap petak yang sudah ada

Beri mereka air bersih
Beri juga udara sehat
Mereka butuh hutan hijau 
Bukan hutan aspal, beton atau kaca
Apalagi S A M P A H

Berilah saja
Sebelum mereka haus lalu meminta
dan M A T I.

Jakarta 21 Oktober 2012
Lecon Alfate





 Ket. : Foto di ambil di daerah Hayam Wuruk, Jakarta Barat 

Rabu, 17 Oktober 2012

Dinamika Jakarta: Pak Yono

                          


Pak Yono, saya mengenalnya beberapa hari lalu di Taman Suropati Menteng, Jakarta Pusat. Umurnya sudah tidak muda lagi yaitu 65 tahun. Bapak sembilan anak satu cicit ini kesehariannya bekerja sebagai penjual tahu gejrot di Taman Suropati. Berawal dari keisengan saya nongkrong di taman itu, lelaki ini menarik perhatian saya dari sekian banyak penjual yang lalu lalang disitu. Beliau yang tertua persisnya.


Niat saya untuk berbincang singkat dengan beliau akhirnya kesampaian saat ia menghampiri saya untuk menawarkan jajanannya.
"Beli tahu neng?"
"Oh boleh pak, seporsi berapa?"
"Enam ribu. Makan sini apa bungkus?"
"Bungkus aja pak, buat orang rumah ntar"
"Pedes apa biasa neng?"
"Enaknya yang pedes deh pak, kayak idup saya," candaan saya berhasil mencetak senyum tipis dibibirnya. Yap, berhasil untuk pendekatan awal yang manis dengan beliau.

Dengan cekatan pak Yono mulai menyiapkan bumbu berupa bawang merah bawang putih plus cabai hijau lima biji yang selanjutnya diulek bersama campuran air gula merah. Ah baunya lumayan menghantam lambung. Daripada mikirin lambung lebih baik saya memulai investigasi pribadi dengannya.

Benar dugaan saya. pak Yono satu-satunya penjual lama yang masih bertahan di taman itu. Ia mulai menjajakan tahu gejrot di Taman Suropati sejak tahun 1997. Sebelumnya ia bekerja serabutan dengan berjualan kemoceng, sapu dan alat-alat rumah tangga lainnya. Pada saat krisis, usahanya ikut seret juga. Inilah yang membuat ia banting stir menjadi penjual tahu gejrot. Sehari biasanya ia mendapat untung bersih lima puluh ribu rupiah dari empat ratusan buah tahu yang dibawanya. Ia baru akan pulang setelah jam empat subuh ke kosannya yang tidak jauh dari taman. Keluarganya tetap menetap di Cirebon selagi ia mencari nafkah di Jakarta.


Dinamika kehidupan begini memang sudah lazim di Jakarta. Namun setiap mata saya melihat, selalu terbersit mimpi agar jangan lagi ada pemandangan seperti ini. Sebuah dunia yang setara, sejahtera dan bahagia tanpa perlu ada beban di pundak.

Pak Yono... teruslah berjuang.

Jumat, 05 Oktober 2012

Anugerah Pewarta Foto (APFI) 2011

Acara tahunan bergengsi Anugerah Pewarta Foto (APFI) 2011 kembali digelar. Berlokasi di Kuningan City, Jakarta. Sebanyak 3.371 foto dari 258 Pewarta Foto seluruh Indonesia dan 76 peserta Citizen Jurnalism bersaing memperebutkan gelar prestisius APFI Photo of The Year. Ajang apresiasi bagi pewarta foto Indonesia ini digelar untuk ketiga kalinya, menyusul suksesnya APFI 2010 dan 2011 yang membangkitkan semangat dunia fotografi di Indonesia, serta membuat fotografi jurnalistik semakin membumi dan akrab di setiap kalangan.

Ada sembilan kategori untuk APFI 2011, diantaranya Daily Life, General News, Spot News, People in The News, Sport, Art and Entertainment, Nature and Environment, Photo Essay, dan Citizen Journalism. Di luar kategori-kategori tersebut, panitia juga memberikan dua penghargaan prestisius lain, yaitu Photo of the Year dan Life Time Achiefment (LTA). LTA diberikan bagi individu yang dianggap berjasa dalam kemajuan foto jurnalistik di Indonesia. 

Para juri yang terlibat dalam APFI 2011 adalah Kemal Jufri (Imaji), Beawiharta (Reuters), Hariyanto (Media Indonesia), Eddy Hasby (Kompas), dan Maha Eka Swasta (Antara Foto). Acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan Oppie Andaresta, Aldi Taher, Sarwana, dan Ratna Listy. 

Inilah para pemenang APFI 2011 :
Pemenang untuk kategori “General News” adalah Kristianto Purnomo, kategori “Spot News” diraih M Agung Rajasa, kategori “People In The News” diraih Yosep Arkian, kategori “Nature and Environment” diraih Susanto, kategori “Sport” diraih Jessica Margaretha, kategori “Arts and Entertainment” diraih Rommy Pujianto, kategori “Daily Life” diraih M Agung Rajasa, kategori “Photo Essay” diraih Sihol Sitanggang dan kategori “Citizen Journalist” diraih Mochamad Rizki.


Inilah beberapa seri foto yang saya rekam sewaktu mengikuti acara tersebut.