Senin, 25 Juli 2011

Mempelajari Jejak



oleh Mazmur Prasetya Aji pada 25 Juli 2011 jam 22:51


Berhenti, berhentilah sejenak
Sebelum langkah kembali beranjak
Berhentilah sejenak. 

Untuk apa kita berhenti?
Jika tempat tujuan masih menanti
Mengapa berhenti?

Tengoklah ke belakang!

Apa?
Selain hamparan pasir
Karang tajam dan tanah liat
Badai dan kalajengking
Yang sudah kita taklukkan

Lihatlah lebih cermat!

Aku melihat jejak

Jejak siapa?

Jejakku di pasir
Jejakku di tanah liat
Jejakku di karang tajam

Lalu?

Di pasir, jejakku segera hilang tersapu angin
Tak meninggalkan bekas seperti hantu

Di tanah liat, jejakku tertanam hingga dalam
Seolah menahan beban sepanjang perjalanan

Bagaimana jejakmu di karang tajam?

Tak kutemui jejakku di sana

Sungguh?

Sebentar...
Benar tak kutemui jejakku di sana
Selain serpihan kering yang menghitam
Aku tak mengenali apa itu

Itu darahmu
Yang menetes di setiap luka
Yang tercipta kala langkahmu
Tiba di karang ini

Benar tak kau temui jejakmu
Namun serpihan kering darahmu
Menceritakan:
Kau pernah bergelut di sini 
Dalam perjalananmu
Yang sebentar akan kau lanjutkan lagi

Selasa, 19 Juli 2011

Menyontek Banyak Manfaatnya Lho...

Mungkin diantara sobat ada yang kurang percaya dan bertanya-tanya: "Benarkah nyontek sebuah kegiatan yang bermanfaat? Lalu apa sebenarnya manfaat dari nyontek tersebut?" Oke, inilah jawaban professor Gen atas pertanyaan tersebut.

"Kegiatan nyontek ini memang kalah populer di kalangan masyarakat sekarang ini. Terutama bila dibandingkan dengan kegiatan bermusik yang memiliki AMI (Anugerah Musik Indonesia) untuk memberikan penghargaan kepada insan musik yang berjasa. Tidak ada Aungerah Nyontek Indonesia, dan tidak ada orang yang meraih gelar sebagai 'Conteker of The Year' untuk mereka yang berprestasi dalam contek-menyontek. Tapi mari kita berfikir logis. Kalau ntontek tidak bermanfaat, mana mungkin generasi-generasi seblum kita melakukan hal tersebut?" Kata Prof. Gen saat ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu.

Professor Gen menambahkan, bahwa sedikitnya ada 6 manfaat yang bisa diambil dari kegiatan nyontek ini. Berikut penjelasannya:


7 Manfaat Nyontek Menurut Prof. Asal :



1.  Meningkatkan Kepercayaan diri dan Keberanian dalam mengambil resiko
Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, bahwa nyontek juga memiliki resiko dan konsekuensi. Salah satunya, kalau sobat ketahuan nyontek tentunya akan dimarahi oleh Bapak atau Ibu Guru. Meskipun mereka juga waktu sekolah pernah melakukan hal serupa. Dan yang lebih parah, kertas ulangan bisa dicabut serta diberi nilai NOL.

Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa orang-orang yang nyontek adalah mereka yang mau mengambil resiko. Kita juga tahu kalau hidup ini adalah pilihan yang penuh resiko. Belajar nyontek sama artinya dengan belajar mengambil resiko. Hidup nyontek..!!!!
 

2. Meningkatkan kreatifitas
Bagi saya, nyontek bukan sekedar kegiatan biasa, tapi sebuah seni yang didalamnya memerlukan kreatifitas. Dan orang-orang yang sering nyontek adalah orang dengan kreatifitas yang tinggi. 
 

Harap dicatat, bahwa kemungkinan besar para Guru adalah mantan conteker juga dulunya. Jadi, tentunya mereka sudah tahu bagaimana kebiasaan murid dalam mnyontek dan sudah punya penangkalnya. Krena itulah, diperlukan kreatifitas yang tinggi untuk terus mengembangkan jurus-jurus nyontek yang ampuh
 

3. Menyontek dapat meningkatkan kewaspadaan
Dalam kegiatan menyontek, kewaspadaan merupakan faktor yang sangat penting. Karena Sang Guru seperti elang dengan matanya yang tajam. Mengawasi dan siap menerkam siapa saja yang dicurigai atau ketahuan nyontek.

Supaya tidak terjadi hal memalukan pada sobat-sobat conteker (seperti dalam iklan: Pengen pintar, makanya belajar) kewaspadaan harus lebih ditingkatkan. Untuk hal yang satu ini akan saya berikan tipsnya lain waktu dalam "Cara Nyontek yang Baik dan Benar".

4. Melatih kecepatan dan gerak reflek
Sebuah penelitian yang dilakukan entah oleh siapa, mengungkap fakta yang cukup mengejutkan sekaligus menggembirakan bagi para contekers. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa 8 dari 10 conteker memiliki gerak reflek yang lebih baik dari mereka yang tidak pernah menyontek.

Jadi jelas, kalau sobat ingin meningkatkan kecepatan tangan dan gerak reflek, mulailah menyontek dari sekarang!

5. Melatih
 kerjasama antar contekers
Belakangan ini, seiring dengan makin ketatnya ruang yang diberikan para guru untuk para conteker, maka kegiatan nyontek tidak lagi dilakukan secara individual. Sekarang ini para contekers sudah bisa melakukan kerjasama untuk tercapainya tujuan mereka.

Bahkan sebelum melakukan kegiatan nyontek, terlebih dulu diadakan 'Briefing'. Menyusun strategi, membagi tugas, lalu berdoa bersama-sama.

6. Memiliki banyak waktu untuk bermain
Mereka yang tidak mencontek, harus belajar siang dan malam untuk menghadapi ulangan atau ujian. Tujuannya tentu saja mendapatkan nilai bagus. Hal ini berbeda dengan contekers. Mereka memiliki lebih banyak waktu untuk bermain-main.

Lalau bagaimana saat menghadapi ujian? Hanya dengan selembar kertas berisi coretan, mereka sudah bisa mendapatkan nilai yang bagus.

7. Mendapatkan nilai yang bagus
Nah, inilah tujuan utama sekaligus manfaat yang paling besar dalam kegiatan nyontek. Mendapatkan nilai yang bagus. Bahkan, contekers ini bisa mendapatkan nilai yang lebih baik dari mereka yang tiap hari belajar.

Nah, itulah beberapa
 manfaat nyontek yang diungkapkan oleh Professor Gen. Silahkan bagikan artikel ini ke conteker-conteker yang lain supaya menyontek isa lebih ditingkatkan lagi. Salam nyontek ^^







Source : Prof. Asal 

Senin, 18 Juli 2011

Tiga Bentuk Pengetahuan

Ibn El-Arabi mengajarkan ucapan yang sangat kuno ini kepada pengikut-pengikutnya :

Ada tiga bentuk pengetahuan.

Yang pertama adalah pengetahuan intelektual, yang sebenarnya hanya terdiri dari informasi dan kumpulan fakta, dan kegunaannya untuk mencapai konsep-konsep intelektual lebih.

Yang kedua menyusul pengetahuan tentang keadaan, yang meliputi baik perasaan emosional maupun keadaan badan yang ganjil, dalam mana manusia berpikir manusia berpikir bahwa ia telah menjadi sadar yang tertinggi. Tetapi ia sendiri tidak dapat memetik manfaat daripadanya. Inilah emosionalisme.

Yang ketiga menyusul pengetahuan real, yang disebut pengetahuan tentang realitas. Dalam bentuk ini, manusia dapat mengetahui apa yang baik, apa yang benar, diluar batas pemikiran dan perasaan. Para skolastik dan para ilmuwan memusatkan diri pada bentuk pertama dari pengetahuan diatas. Para emosionalis dan experimentalis menggunakan bentuk yang kedua. Sedangkan orang lain menggunakan gabungan dari dua bentuk pengetahuan tadi, atau kalau tidak salah satu dari keduanya.

Tetapi orang yang mencapai kebenaran adalah mereka yang tahu bagaimana menghubungkan dirinya dengan realitas, yang terletak di luar kedua bentuk pengetahuan ini. Inilah kaum sufi yang sejati, anggota-anggota tarekat religius Muslim yang telah mencapai kebenaran sejati.

*Ibn El-Arabi, diterjemahkan dari : The Way of the Sufi, Pinguin Books England, 1975, p.85
  penerjemah : Wayan Eka Suyasa, SVD



Muhyiddin ibnu al-Arabi adalah salah seorang Sufi di Abad pertengahan, kehidupan dan tulisan-tulisannya sekarang banyak mempengaruhi pemikiran di Timur maupun Barat. Oleh masyarakat Arab, ia dikenal sebagai Syeikh al Akbar, ‘Syeikh Agung’, sedang orang-orang Kristen Barat melalui terjemahan langsung mengenalnya; ‘Doktor Maksinius’. Ia wafat pada abad ketigabelas