Jadi pandangan yang sekedar melihat museum sebagai bangunan/gedung untuk menyimpan peninggalan, artefak dan macam-macam benda budaya itu tidak salah. Hanya kita baru melihat setengah jati diri museum saja.
Museum yang sesungguhnya adalah pola belajar menggunakan media. Medianya apa? Ya benda yang disebut koleksi museum.
Nah apa yang didapat? Banyak.
Seluruh ilmu pengetahuan ada disitu. Untuk mengkaji nilai sebuah benda koleksi, tidak hanya tentang cerita masa lalunya tapi sebuah koleksi dilihat dari berbagai disiplin ilmu berbeda.
Misalkan, museum memamerkan koleksi batu-batuan dan fosil (arkelogika), sebelumnya harus menguasai cerita besar dari awal terbentuknya bumi sampai pada masa sekarang, maka batu tersebut barulah bisa menjadi media belajar bagi pengunjung.
Lalu, pengunjung datang belajar apa saja?
Masih di contoh pameran arkeologika, pengunjung bisa mendapatkan nilai tambah pengetahuan dari sisi arkeologi (jenis dan proses terbentuknya batu ), kimia (unsur yang membentuk batuan), budaya (cerita tentang penggunaan dan perkembangannya), sosiologi (pola peradaban masyarakat), bahkan sampai guru konseling pun tidak pulang sia-sia karena akhirnya ia akan mengumpulkan faktor sebab akibat dan bagaimana manusia mencari solusi dari kisah soal batu tersebut.
Trus, bagaimana dengan benda juga tradisi budaya di luar museum?
Tenang saja pembaca yang budiman. Setiap tahunnya sebuah museum mempunyai program kerja keluar. Kasi contoh lagi ya gan, ini beberapa kegiatan rutin museum setiap tahunnya :
Saat di lapangan, pekerja museum tidak hanya menggali faktor yang berkaitan dengan kegiatan tersebut tapi juga mengumpulkan informasi yang berkembang di masyarakat, dan dirasa penting untuk dicatat. Jadi informasi dari luar juga tim museum kumpulkan dan data itu digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Kalaupun hendak dijadikan materi pameran, data itu bisa dipamerkan dalam bentuk audio dan visual tentunya dengan panel informasi yang tak kalah penting.
Begitulah museum, bisa saya katakan sebagai pusat ilmu pengetahuan. Kalaupun ada kegagalan dalam mentransfer nilai dibalik koleksi itu ke masyarakat, maka sebutlah itu human error. SDM pekerja museum masih jauh dari memuaskan. Namun justru itu memberi ruang untuk masyarakat luas menggali sendiri pertanyaan yang tidak terjawab di museum. Pada akhirnya semua akan bermuara pada satu tujuan, mengetahui proses dan hasil, dan terinspirasi untuk mengembangkan jati diri kita menjadi lebih baik lagi di peradaban kita. 500 tahun lagi keturunan kita akan belajar tentang pola kehidupan kita sekarang.
Tunjukkan pada mereka bahwa peradaban kita memberi banyak terobosan untuk mereka... \0/
Beruntunglah saya yang mengabdi di Museum Daerah NTT dan tentunya pengunjung museum pula.
Visit museum 2014 until the rest of your life! *kepengen ke Belandaaaaa*
Museum yang sesungguhnya adalah pola belajar menggunakan media. Medianya apa? Ya benda yang disebut koleksi museum.
Nah apa yang didapat? Banyak.
Seluruh ilmu pengetahuan ada disitu. Untuk mengkaji nilai sebuah benda koleksi, tidak hanya tentang cerita masa lalunya tapi sebuah koleksi dilihat dari berbagai disiplin ilmu berbeda.
Misalkan, museum memamerkan koleksi batu-batuan dan fosil (arkelogika), sebelumnya harus menguasai cerita besar dari awal terbentuknya bumi sampai pada masa sekarang, maka batu tersebut barulah bisa menjadi media belajar bagi pengunjung.
Lalu, pengunjung datang belajar apa saja?
Masih di contoh pameran arkeologika, pengunjung bisa mendapatkan nilai tambah pengetahuan dari sisi arkeologi (jenis dan proses terbentuknya batu ), kimia (unsur yang membentuk batuan), budaya (cerita tentang penggunaan dan perkembangannya), sosiologi (pola peradaban masyarakat), bahkan sampai guru konseling pun tidak pulang sia-sia karena akhirnya ia akan mengumpulkan faktor sebab akibat dan bagaimana manusia mencari solusi dari kisah soal batu tersebut.
Trus, bagaimana dengan benda juga tradisi budaya di luar museum?
Tenang saja pembaca yang budiman. Setiap tahunnya sebuah museum mempunyai program kerja keluar. Kasi contoh lagi ya gan, ini beberapa kegiatan rutin museum setiap tahunnya :
- Survey potensi budaya
- Pengkajian koleksi dan pengembangan informasi
- Pembenahan data koleksi museum
- Pameran keliling di kabupaten
Saat di lapangan, pekerja museum tidak hanya menggali faktor yang berkaitan dengan kegiatan tersebut tapi juga mengumpulkan informasi yang berkembang di masyarakat, dan dirasa penting untuk dicatat. Jadi informasi dari luar juga tim museum kumpulkan dan data itu digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Kalaupun hendak dijadikan materi pameran, data itu bisa dipamerkan dalam bentuk audio dan visual tentunya dengan panel informasi yang tak kalah penting.
Saat menjalankan tugas Pembenahan data Koleksi Tenunan Kabupaten Sikka, NTT. Motif tenunan yang dipegang sang ibu adalah motif Jentiu, motif paling tua asal daerah ini. |
Tunjukkan pada mereka bahwa peradaban kita memberi banyak terobosan untuk mereka... \0/
Beruntunglah saya yang mengabdi di Museum Daerah NTT dan tentunya pengunjung museum pula.
Visit museum 2014 until the rest of your life! *kepengen ke Belandaaaaa*
Saat mempresentasekan tenunan NTT kepada Oscar Lawalata dan tim. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar